Senja...
Ku kerap menjamu meja tumpukan penuh kertas
Ajak tanganku membelaitiap lembarnya
Berharap kanvas ku penuhi putihnya
Hingga jadi warna tarian erotik kata
Melingkarlah tubuh sajak lalui jingganya senja
Lalu...
Ku kan bisikkan pada telinga titik tuk berhenti
Pada mata koma tuk memenggal sebagian sajian yang belum sempurna
Dan kuurai aksara mu pelan
Janggal ku nikmati tetesan tintaku
Masih tercecer aksara mengadu
Lalu
Lirih teramat lirih
Ku tarik engkau aksara penghibur
Agar ranumnya kian jelas meski waktu menghapusnya
Aku tak perduli!!!
Karena ribuan spasi tak menindas mati membujur untaian kejujuran
Dia menjadi alas hingga ujung bait meminta akhiri belukarnya kata
Maka jadilah semak aksara yang niscaya kan bahagia
Ku kerap menjamu meja tumpukan penuh kertas
Ajak tanganku membelaitiap lembarnya
Berharap kanvas ku penuhi putihnya
Hingga jadi warna tarian erotik kata
Melingkarlah tubuh sajak lalui jingganya senja
Lalu...
Ku kan bisikkan pada telinga titik tuk berhenti
Pada mata koma tuk memenggal sebagian sajian yang belum sempurna
Dan kuurai aksara mu pelan
Janggal ku nikmati tetesan tintaku
Masih tercecer aksara mengadu
Lalu
Lirih teramat lirih
Ku tarik engkau aksara penghibur
Agar ranumnya kian jelas meski waktu menghapusnya
Aku tak perduli!!!
Karena ribuan spasi tak menindas mati membujur untaian kejujuran
Dia menjadi alas hingga ujung bait meminta akhiri belukarnya kata
Maka jadilah semak aksara yang niscaya kan bahagia
Tarian Aksara