Selasa, 17 Februari 2015

Pergi Untuk Kembali


Untukmu yang terlupakan
Karena sejenak ku hilangkan
Dalam penat kekhilafan
Engkau telah kutinggalkan

Besok aku akan kembali
Menuju peraduan sepi
Tiada bunyi kutemui
Walau aku ingin pergi

:Kau tetap akan menanti

Senin, 10 November 2014

Diantara Hujan #2

Aku membuka jendela kamarku saat hujan mulai turun, menghirup napas dalam semampuku, menikmati aroma tanah kering yang baru saja tersiram air hujan. Tetes-tetes anugrah Tuhan yang satu ini selalu bisa membuatku nyaman. Aku pun tersenyum tanpa disadari. Untuk mendeskripsikan kecintaanku pada salah satu ciptaan dan karunia terindah yang diberi Tuhan ini rasanya sudah tak perlu lagi, ini adalah wujud nyata dari sumber kebahagiaanku. Hujan menyelipkan segala rasa termasuk duka, namun aku memilih bahagia sebagai kadar yang paling banyak di dalamnya. Lewat hujan aku belajar banyak hal, memaknai sebuah pesan bisu lewat karya Tuhan yang paling indah. Misalnya, kesedihan. Perasaan itu hadir saat ada awan hitam menggeser awan putih, awan itu menimbulkan efek yang menakutkan lewat hujan yang sangat deras dan lewat gemuruh petir yang memekakkan. Namun, awan itu hadir hanya sebentar, awan itu sedang menguji kita. Dia ingin melihat apakah kita akan tetap tinggal dan menunggunya reda atau pergi menembusnya. Atau mungkin sebagian orang akan menikmati kehadirannya, kita tidak tahu. Perlahan awan itu bergerak pergi meninggalkan sisa-sisa gerimis, awan putih mulai hadir kembali. Hujan dan awan merupakan satu kesatuan yang kukagumi. Bahkan Tuhan menyelipkan pelangi di dalamnya, menambah keindahan lukisan alam yang memesona. Entah siapa yang memulai, semua orang tahu pelangi akan hadir beriringan setelah badai reda. Setiap orang memaknainya seperti itu, tapi kenapa kita tak pernah tahu jika kita bahkan bisa menari di tengah iringan badai? Memaknai segalanya semudah mungkin karena meyakini satu hal, badai singgah tak akan lama, maka nikmatilah.
Hujan itu diciptakan untuk banyak hal, salah satunya untuk menumbuhkan kehidupan. Tanpa hujan, tidak akan ada tumbuhan yang tumbuh. Hujan turun menggenang lalu pergi lagi. Segala ciptaan Tuhan yang datang akan pergi lagi. Hujan pun tidak akan pernah tahu kapan ia diciptakan dan kapan ia kembali, seringkali kita melihat langit yang cerah tiba-tiba hujan turun tak lama lalu reda. Hujan pun tak tahu harus hadir dalam keadaan seperti apa. Apakah hujan bisa memilih ingin diturunkan di mana? Di atas aspal? Di atas kuburan? Di atas sungai atau laut? Atau di atas padang rumput? Hujan tidak tahu, yang hujan tahu titik airnya sebagian akan menggenang lalu hilang. Yang ia tahu, ia telah menjalankan tugasnya dengan baik.
Seringkali aku mengabaikan hal-hal kecil yang patut aku syukuri kehadirannya, karena segala hal Tuhan ciptakan dengan sebuah alasan, dengan sebuah makna besar yang terkandung di dalamnya karena alam pun merupakan guru kita. Guru yang dapat memberikan makna tentang segala aspek kehidupan dari sudut pandang sekecil apapun itu.
Aku menutup jendela kamarku saat gerimis itu mulai reda. Rasa syukur ku selalu bertambah setelah aku melihat hujan. Kerinduanku perlahan terobati.


Hujan pagi ini membuatku bertambah semangat untuk memulai hari. Setelah merapikan kamar, aku pun bergegas mandi dan bersiap ke kampus.
            Dalam perjalanan ke kampus aku hanya menatap pada aspal yang basah dan tak terasa aku tersenyum sendiri. Sepertinya hujan telah menyihirku. Ya, menyihirku semenjak kejadian itu.
“Eh, kenapa kamu ketawa-ketawa sendiri? Udah mulai gila?”
“Sembarangan aja kalo ngomong. Emangnya lu mau punya ade yang gila?”
“Ya enggak sih. Tapi gue aneh sama lu, seneng banget sih kalo hujan turun ?”
“Ya gue seneng aja ka sama hujan. Emang lu gak seneng apa kalo hujan?”
“Enggak! Soalnya hujan itu bikin basah, bikin becek, dan bikin macet kaya gini.lu aneh de”
“Selera orang beda-beda ka. Gak apalah yang penting gak gila.”
“Ih, bener-bener aneh kamu.”
            Tak lama hujan pun kembali menjadi deras. Ka Siska pun hanya bisa menggerutu karena macet yang semakin parah. Dari pada mendengarkan ocehannya yang gak jelas, lebih baik aku mendengarkan radio dan kembali manatap hujan yang semakin deras. Hanya suara hujan dan alunan instrument yang terdengar oleh telinga. Aku terbuai dan masuk kedalam pikiran.
* * *
“Hai, kamu belum pulang?” sapaku pada seorang gadis yang sedang duduk di lobby sekolah
“Eh…halo, masih menunggu kakakku menjemput. Kamu sendiri kenapa belum pulang?”
“Aku masih menunggu hujan reda.” Jawabku singkat
Tak lama hujan pun kian mereda tetapi gadis itu masih belum di jemput oleh kakaknya.
“Rumah kamu dimana? hujan sudah reda dan kakakmu belum datang juga. Bagaimana kalau aku antarkan kamu pulang?”
“Tidak usah, Sebentar lagi juga kakakku datang. Nah itu dia datang menjemput, aku duluan yah terima kasih buat tawarannya.”
Gadis itu berlari kecil menuju mobil kakaknya. Sebelum masuk kedalam mobil dia terlihat tersenyum kepadaku. Sungguh sebuah senyuman yang manis. Tak lama aku pun segera meghampiri sepeda motor dan bergegas pulang sebelum hujan kembali deras.
Senyuman itu tak bisa aku lupakan apakah ini yang namanya cinta? entalah hanya tuhan yang tahu. Siapa nama gadis itu? bodoh sekali aku lupa menanyakannya. Lebih baik aku segera tidur dan berharap besok bisa bertemu lagi dengan dia.
“Ren, kamu sudah bangun? Tumben, biasanya nunggu di bangunin sama mamah dulu.”
“Udag dong Mah, Mah, Rendi mau mandi dulu yah”
“Ya udah sana mandi nanti langsung turun yah buat sarapan .”
“Iya Mah.”
Memang tidak biasanya aku bangun sepagi ini biasanya menunggu Mamah untuk membangunkanku. Selesai mandi dan membereskan kamar aku pun segera turun dan bergabung untuk sarapan bersama Papah dan Mamah.
“Kayaknya anak kita lagi kasmaran nih Pah” goda mamah saat aku baru duduk di belakang meja makan.
“Apaan sih, Mamah sok-tau nih biasa aja tau mah.” Jawabku membela diri dengan sedikit malu
“Abis tumben-tumbenan kamu semangat banget ke sekolah biasanya males-malesan kamu.” Dengan nada mengejek
“Yeh si mamah, anaknya rajin bukannya seneng malah heran. Mah, Pah, aku berangkat dulu yah takut telat nih sampe di sekolah.
“Sekarang takut telat kamu Ren? Biasanya juga dating telat kamu heheh” Sekali lagi Mamah pun meledek
“Sudahlah Mah, jangan di ledek terus. Nanti kalau dia jadi males lagi kan kamu juga yang repot. Oh iya 2(dua) minggu lagi kakakmu pulang ke Jakarta.” Bela Papah
“Ka siska udah beres kuliahnya ?  bagus deh kalo gitu jadinya gak cuman aku yang jai bahan ejekannya mamah.” Sambil tertawa dan berlari menuju ke garasi dan menghampiri sepeda motorku.
“Bener kan pah anak kita lagi kasmaran tuh.”
“Ya udah biarin ajalah mah namanya juga remaja kaya kamu gak pernah remaja aja.” Jawab Papah atas perkataan Mamah
            Kasmaran, mungkin itu memang kata yang tepat untuk keadaanku kali ini. Kalo kasmaran berarti aku sedang jatuh cinta, tapi jatuh cinta kepada siapa? apakah kepada gadis itu? gadis yang kutemui di lobby sekolah kemarin sore. Mungkin saja tapi yang pasti aku harus tahu siapa nama gadis itu.
Seperti biasa setelah sampai disekolah aku langsung menuju ruang kelas yang ternyata masih sepi, kepagian kayaknya aku datang karena biasanya saat aku sampai di kelas sudah banyak teman-temanku yang datang.
“Ren, tumben lu udah nyampe jam segini? biasanya nyerempet sama bel masuk lu baru datang.” Sapa herlina dengan sedikit mengejek
“Sama aja kaya mamahku. Gue rajin malah diledekin.” Jawabku dengan sedikit sebal
“Ya udah sih gak usah marah-marah juga kali masih pagi nih.” Sambil melangkah dan duduk tepat di depan tempat dudukku
            Satu persatu teman-temanku datang dan tak lama kemudian bel tanda masuk pun berbunyi tanda pelajaran di mulai. Aku masih tidak bisa lupa dengan senyuman manis gadis itu, hanya senyuman itu yang ada dalam pikiranku. Benar. Aku harus tahu nama gadis itu, istirahat nanti akan kucari gadis itu.
            Akhirnya bel istirahat pun berbunyi. Bergegas aku menuju kantin dan benar saja gadis itu sedang duduk sendiri di pojok kantin sambil memakan bekal yang di bawanya. Aku pun hendak menghampirinya, semoga saja dia masih ingat kepadaku.
“Hai kamu sendirian aja temen-temenmu kemana?” Tanyaku sambil menarik kursi yang ada di hadapannya
“kamu yang kemarin nemenin aku di lobby yah? Makasih banget yah kemarin. Mereka lagi di kelas bilangnya sih lagi ngerjain tugas.” Jawabnya dengan senyuman
“Iya sama-sama, Oh iya kemaren kita belum kenalan. Namaku Rendiana Destrasanca kamu bisa panggil aku Rendi.” Sambil sedikit tersenyum kepadanya.
“Namaku Sheila Indah Puspita. Nama kamu Rendiana? ko kaya nama cewe sih heheh.”
“iya memang banyak yang bilang begitu. Tapi tetap aku ini cowok tulenku.” Jawabku dengan tertawa
Waktu istirahat berlalu begitu cepat. Kami menghabiskan watu istirahat dengan bercanda dan mengobrol, ternyata Sheila orang yang asik buat di ajak ngobrol. Sheila Indah Puspita nama yang indah sesuai dengan penampilannya yang indah juga.
Semenjak hari itu kami sering menghabiskan waktu berdua. Bukan hanya di sekolah, di luar sekolah pun kami begitu, tak terasa sudah lama aku dan sheila dekat tapi aku tidak tau dengan perasaan aneh yang sering muncul saat aku ada di dekatnya. Mungkin aku menyukai, tapi aku tidak berani untuk mengatakannya. Aku takut persahabatan kami ini akan hancur karena rasa aneh yang ada di dalam diriku ini. Apakah dia merasakan hal sama denganku? mungkin iya mungkin juga tidak. Perhatiannya selama ini mungkin hanya sebatas sebagai sahabat.
“Lulus sekolah nanti kau mau melajutkan ke mana?” Tanya Sheila di suatu sore ketika aku sedang menemaninya berbelanja
“Sepertinya aku akan kuliah di salah satu PTN di Jakarta. Kamu sendiri bagaimana?”
“Aku masih belum tahu masih menunggu kejelasan tentang ayahku dulu.”
“Memangnya kenapa dengan ayahmu?”
“Rencananya dia akan dipindah tugaskan ke luar negeri oleh kantornya, kalo dia jadi dipindahkan otomatis kami sekeluarga pun akan pindah mengikutinya.” Jawabnya agak sedikit sedih
Sedih memang mendengarnya akan pindah ke luar negeri tapi apa yang bisa aku lakukan? tidak ada. Setelah selasai mengantarkan dia berbelanja kami pun mampir untuk makan di Rumah makan favorit kami.
Hujan deras yang mengguyur tempat ini lumayan lama. Hampir 2(dua) jam aku terjebak di sini bersama Sheila membuat kami semakin dekat dan mengukir banyak kenangan diantara kami. Hujan telah reda kami pun bergegas pulang. Seperti biasa, aku mengantarkan Sheila ke rumahnya dan baru aku pulang ke rumahku. Sesampainya dirumah langsungku seduh segelas cokelat panas dan duduk di balkon kamarku sambil membaca buku yang baruku beli.
            Beberapa minggu ini yang ada di pikiranku hanya tentang Sheila dan Sheila tak ada yang lain ku pikirkan, walaupun kami masih sering menghabiskan waktu berdua tapi tetap saja saat teringat bahwa Sheila akan pergi itu selalu membuatku gusar dan sedih.
Tidak terasa Ujian Nasional tinggal satu minggu lagi, itu berarti saat-saat bersama dengan Sheila hanya tinggal hitungan jari. Berat rasanya untuk ingat tentang itu tapi aku bisa? Yang bisa ku lakukan hanyalah membuat sisa waktu bersama Sheila menjadi kenangan yang tidak bisa ia lupakan.
            Akhirnya aku pun lulus sekolah dan akan melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Sheila benar-benar pindah ke luar negeri tepatnya ke Inggris. Sehari setelah perpisahan sekolah dia berangkat, sebelum naik ke pesawat dia memberikanku sebuah bingkisan katanya bukan barang berharga tapi ini dapat mengobati bila aku rindu dengannya. Suasana sedih dan haru perpisahan ini lengkap sudah dengan hujan yang mengguyur bandara tidak deras tapi cukup untuk menambah pahitnya perpisahan. Hujan sudah bukan hal asing lagi bagi aku dan Sheila sudah sering disaat kami sedang bersama hujan datang mengguyur entah sengaja atau pun tidak. Hujan ya hujan yang selalu menemani kami berdua.
* * *
“Hei  Ren, Jangan ngelamun terus! cepet turun udah sampe nih dikampus lu. Kaka mau langsung ke kantor nih.” Teriak Ka Siska
“Oh eh, udah nyampe yah ka? heheh maaf deh. Makasih ka buat tumpangannya.”
“Iya sama-sama. Jangan kebanyakan melamun lu.”
“Oke ka. Ati-ati di jalan ka.”
            Hujan telah reda sepenuhnya, nampaklah sang mentari yang mulai memancarkan sinarnya. Tidak lupa ada garis cahaya yang menghiasi langit dan dari ujungnya terlihat seperti seorang bidadari berjalan menghampiriku. Bukan, itu bukan bidadari sosoknya seperti tak asing bagiku tapi siapakah dia ? aku hanya bisa berdiri kaku menebak-nebak, siapakah wanita itu. Suara wanita itu seakan memecahkan lamunanku.
“Hai Sheila, Bagaimana kabarmu? kapan kau kembali ke Jakarta?” Tanyaku dengan gembira
“Halo Ren, Ternyata kau masih ingat denganku. Aku sudah seminggu berada disini aku sengaja tidak ke rumahmu karena aku ingin membuat kejutan untukmu.” Jawabnya dengan sangat senang
“Masihlah, masa aku lupa sih sama kamu. 2(dua) tahun kamu pergi makin cantik aja dirimu.” Jawabku dengan sedikit menggoda
“Ah bisa aja kamu Ren. Oh iya sekarang Aku tinggal lagi di Jakarta walaupun bukan di rumah yang dulu.”
Kami pun berjalan menuju kelas dengan mengobrol dan menghabiskanwaktu berdua seperti saat kami SMA. Sekarang pun kami masih menjadi sahabat baik, banyak teman-teman di kampus mengira kamu mempunyai hubungan khusus tapi kenyataannya tidak kami hanyalah sahabat.
            Ternyata benar sebuah kutipan buku yang kubaca dulu “Lepaskanlah seorang yang kau cintai karena kemana pun dia pergi dia akan menemukan jalan kembali padamu”. Sampai sekarang pun aku belum mengungkapkan perasaanku bukan karna aku takut tapi aku masih menunggu saat yang tepat.
“Hujan yang mempertemukan aku denganmu, Hujan yang memisahkan aku denganmu dan Hujan  yang membuat kamu kembali padaku.”



Sabtu, 25 Oktober 2014

Bila malam bertambah malam

Bila malam bertambah malam
Angin enggan untuk mengetuk
Hujan enggan untuk berjingjit
Jangkrik mulai untuk meringkik

Bila malam bertambah malam
Aku malas untuk bermimpi 
Engkau malu untuk kembali
Pasti datang untuk mengisi

Bila malam bertambah malam
Kapan gelap akan tiada?
Kapan sepi akan menghilang?
Kapan kamu, kapan aku?

Shine

Aku ingin menyinarimu
Dan selalu seperti matari yang tak pernah bosan
Aku ingin melindungimu dari kegelapan
Seperti itulah kebenaran hatiku

Kita bisa menyatukan dua jalan 
Dalam hati kita yang berbeda lalu
Walalu ini tak bisa membantumu bangkit
tapi percaya pada sinar di ujung jalan itu

Mengerndarai angin kita terbang ke tempat yang berbeda
Melintasi lautan, melintasi waktu, ini pasti akan berbunga
Seperti matari, di setiap hari, di setiap waktu
Aku ingin melingdungimu

Senin, 20 Oktober 2014

Untuk Penariku

Jariku ikuti geliat indah udara, dalam gerak indah gemulai mega
serta padat kepak malaikat dalam cuaca.
Disamping naungan senja, Tubuhku menyerap ombak
sembari menahan angin buritan.
Bersama malam kulalui hampanya kekekalan
yang melewati tiap samudra penyesalan.

Wahai... engkau penariku
Kedip mata yang salurkan kerinduan
dalam keindahan gerak kesendirian.
Tarianmu bagaikan kesunyian malam
yang mulai pudar oleh keheningan subuh.
Tiap sesal yang selalu aku titipkan dalam puisiku
tak pernah mampu menyentuhmu.
Bayang indah gerak yang selalu terindukan
ialah mata kematian dalam ujung penaku.

Minggu, 19 Oktober 2014

Elalio

Malam kembali berwnyanyi
Menghidupkan citra yg mungkin hilang
Bersama bulan yg mulai meringkik oleh kilat
Diantara rintikan hujan aku berdiri
Mencari pertanyaan atas jawaban hati

Apakah kau tahu apa yang aku rasa?
Seperti mencari jarum di tumpukan jerami
Kau takkan pernah sadar apa yang aku rasa
Beribu cara telah ku coba
Hingga ku suruh angin menyampaikan pesan cinta

Ah cinta yang fana
Dalam beribu kata fakta
Dalam seonggok kasih serta sayang
Yang berakhir dalam lumbung kehampaan

Senin, 21 Juli 2014

Disaat Aku Tak Menulis Lagi

Sampai ketika mataku menutup tenggelam
Terpejam akan kelam dan tinggal hitam
Jemari pun juga enggan
Gemulainya kata tak jadi sajak terang

Dunia ini indah
Sang surya akan terus bersinar
Menerangi bait-bait yang lama hilang
Tertelan oleh keadaan

Tutuplah jendela ini
Agar aku menulis dengan tenang
Hanya tinggal satu bayang
Bayanganmu yang ku impikan

Diantara Hujan

Aku membuka jendela kamarku saat hujan mulai turun, menghirup napas dalam semampuku, menikmati aroma tanah kering yang baru saja tersiram air hujan. Tetes-tetes anugrah Tuhan yang satu ini selalu bisa membuatku nyaman. Aku pun tersenyum tanpa disadari. Untuk mendeskripsikan kecintaanku pada salah satu ciptaan dan karunia terindah yang diberi Tuhan ini rasanya sudah tak perlu lagi, ini adalah wujud nyata dari sumber kebahagiaanku. Hujan menyelipkan segala rasa termasuk duka, namun aku memilih bahagia sebagai kadar yang paling banyak di dalamnya. Lewat hujan aku belajar banyak hal, memaknai sebuah pesan bisu lewat karya Tuhan yang paling indah. Misalnya, kesedihan. Perasaan itu hadir saat ada awan hitam menggeser awan putih, awan itu menimbulkan efek yang menakutkan lewat hujan yang sangat deras dan lewat gemuruh petir yang memekakkan. Namun, awan itu hadir hanya sebentar, awan itu sedang menguji kita. Dia ingin melihat apakah kita akan tetap tinggal dan menunggunya reda atau pergi menembusnya. Atau mungkin sebagian orang akan menikmati kehadirannya, kita tidak tahu. Perlahan awan itu bergerak pergi meninggalkan sisa-sisa gerimis, awan putih mulai hadir kembali. Hujan dan awan merupakan satu kesatuan yang kukagumi. Bahkan Tuhan menyelipkan pelangi di dalamnya, menambah keindahan lukisan alam yang memesona. Entah siapa yang memulai, semua orang tahu pelangi akan hadir beriringan setelah badai reda. Setiap orang memaknainya seperti itu, tapi kenapa kita tak pernah tahu jika kita bahkan bisa menari di tengah iringan badai? Memaknai segalanya semudah mungkin karena meyakini satu hal, badai singgah tak akan lama, maka nikmatilah.
Hujan itu diciptakan untuk banyak hal, salah satunya untuk menumbuhkan kehidupan. Tanpa hujan, tidak akan ada tumbuhan yang tumbuh. Hujan turun menggenang lalu pergi lagi. Segala ciptaan Tuhan yang datang akan pergi lagi. Hujan pun tidak akan pernah tahu kapan ia diciptakan dan kapan ia kembali, seringkali kita melihat langit yang cerah tiba-tiba hujan turun tak lama lalu reda. Hujan pun tak tahu harus hadir dalam keadaan seperti apa. Apakah hujan bisa memilih ingin diturunkan di mana? Di atas aspal? Di atas kuburan? Di atas sungai atau laut? Atau di atas padang rumput? Hujan tidak tahu, yang hujan tahu titik airnya sebagian akan menggenang lalu hilang. Yang ia tahu, ia telah menjalankan tugasnya dengan baik.
Seringkali aku mengabaikan hal-hal kecil yang patut aku syukuri kehadirannya, karena segala hal Tuhan ciptakan dengan sebuah alasan, dengan sebuah makna besar yang terkandung di dalamnya karena alam pun merupakan guru kita. Guru yang dapat memberikan makna tentang segala aspek kehidupan dari sudut pandang sekecil apapun itu.
Aku menutup jendela kamarku saat gerimis itu mulai reda. Rasa syukur ku selalu bertambah setelah aku melihat hujan. Kerinduanku perlahan terobati.

Jumat, 16 Mei 2014

Hatiku Menggambar Mimpi

Lihat, angin mulai bergerak
Aku masih tak ingin menyerah
Aku bisa rasakan matahari melewati awan
Dan bila disana angin haluan

Hatiku menggambar sebuah mimpi
Ku terbang tinggi dengan bebas, kemanapun aku ingin pergi
Hatiku menggambar sebuah mimpi
Ketika ku buka mataku dimana aku mendarat…
Aku merasa aku kan melihatmu tersenyum
Ku harap aku melihatmu

Rabu, 30 April 2014

Cinta Pada Pandangan Pertama

Apakah anda percaya pada cinta pada pandangan pertama ? Bertemu dengan seseorang tiba-tiba anda merasa ada sesuatu yang berbeda. Ada gregetnya dan feelnya beda banget, seakan-akan kita menemukan sosok yang kita cari selama ini. Saya pernah juga mengalami hal tersebut dan hal itu terjadi. Entah apa yang bisa membuat hal tersebut terjadi, tapi kalau menurut saya secara pribadi, mungkin hal itu terjadi karena di alam bawah sadar kita sudah tertanam kriteria pasangan yang diinginkan. Mungkin secara tidak sadar kita sering mengamati seandainya pacar gua kaya begini pasti gua happy banget. Pasti teman-teman pernah juga berpikir seperti itu bukan ?
Nah sekarang masalahnya, apakah orang yang kita taksir itu merasakan aura atau pancaran yang kita keluarkan ?? Jangan-jangan jadi cinta bertepuk sebelah tangan. Hal yang perlu diketahui segera adalah apakah target anda sudah punya pacar,siapa teman dekatnya. Ini penting karena dalam sebuah strategi perang, kita harus memahami betul medan yang akan kita hadapi. Dan percaya atau tidak, cinta itu ajaib. Terkadang si target merasakan hal yang sama. Seakan-akan kita bisa tahu apa isi hatinya dan apa yang sedang dipikirkannya. Itulah keajaibannya, so once again, love will find you if you try